Indah Margarethy
Balai Litbangkes Baturaja

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases

Kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan untuk mengatasi malaria oleh pengobat tradisional di Sumatera Selatan Indah Margarethy; Yahya Yahya; Milana Salim
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 5 No 2 (2019): JHECDs Vol. 5, No. 2, Desember 2019
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v5i2.2088

Abstract

Malaria merupakan masalah kesehatan di Indonesia terutama pada masyarakat perdesaan. Pada tahun 2015 angka Annual Paracite Insidence di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 0,26. Penelitian ini bertujuan menganalisis data penggunaan tumbuhan obat untuk malaria pada Suku Teloko, Daya, Pegagan, Meranjat dan Lintang di Provinsi Sumatera Selatan. Data diperoleh dari hasil penelitian Riset khusus Tanaman obat dan Jamu tahun 2015 melalui tim manajemen data Badan Litbang Kesehatan. Informan penelitian ini sebanyak 14 battra dari Suku Taleko, Daya, Pegagan, Meranjat dan Lintang. Jenis tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan malaria pada Suku Teloko, Daya, Pegagan, Meranjat dan Lintang terdiri dari 21 jenis. Brotowali (Tinospora crispa (L)) merupakan tumbuhan yang paling banyak digunakan battra sebagai ramuan pengobatan malaria. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun. Battra memperoleh tumbuhan obat dengan mencari di sekitar tempat tinggal, namun masih ada beberapa tumbuhan yang harus didapatkan di dalam hutan. Tidak ada upaya melestarikan tumbuhan obat yang sudah langka dan sulit didapatkan dari dalam hutan seperti daun Tedimfuk (Claoxylon indicum (Reinw. Ex Blume) Hassk) dan Lengkenai duduk (Unidentiified). umbuhan obat yang masih bisa didapatkan di dalam hutan seperti daun Belidang seni (Unidentiified) dilestarikan battra dengan menanam di perkarangan/kebun. Simpulan dari tulisan ini bahwa tumbuhan obat untuk malaria yang habitatnya di hutan dan sudah sulit ditemukan menjadi alasan battra tidak dapat melestarikannnya maka perlu pemberdayaan masyarakat pada suku-suku di Sumatera Selatan tentang manfaat apotik hidup, sehingga masyarakat termotivasi memanfaatkan kebun dengan ditanami tumbuhan obat dan mewariskan pengetahuan mengenai tumbuhan obat ke generasi selanjutnya.